Sabtu, 01 Mei 2010

Suatu Hari di Gramedia

Sabtu siang ini aku kembali usaha nyari novel Outrageous, kali ini ke Gramedia. Dan tarraaaaaa......belum ada lagi. Hiks, masih di gudang kali, atau belum nyampe. Hiks times two...

Tapi karena udah terlanjur jauh-jauh ke sana, aku liat-liat aja buku-buku lain. Sembari menikmati udara dingin di dalem, karena di luar panas gila-gilaan.

Waktu lagi asik-asik sok serius ngeliat-liat, aku menyadari kehadiran seorang ibu yang nggak asing. Bu Widodo! Wah udah lama banget nggak ketemu beliau, jadi bu Widodo ini punya perpusatakaan komik dan novel, dari jaman aku SD dulu. Dan aku langganan ke dia sampai SMP. Nggak nyangka bakalan ketemu dia di sini.

"Udah lululs SMA ya sekarang?" bu Wid tersenyum ramah.

"Iya bu udah kuliah." aku menjabat tangannya, trus cium tangan segala. Udah kayak ketemu guru deh..."Semester dua."

"Rumahnya masih di sana itu kan? main dong sekali-kali."

"Oh masih buka to bu?" aku takjub, bu Wid begitu gigih menjalankan usahanya...haha, karena dia hobi baca juga sih, jadi kan sekalian, sambil koleksi, menghasilkan duit pula.

Kami pun asik membicarakan buku-buku. Lebih tepatnya bu Wid cerita tentang koleksinya, dan menawari aku, "Kamu sukanya sekarang buku apa?" dia lalu menyebutkan judul-judul yang aku belum pernah baca. Ya iyalah, aku kan nggak hobi-hobi banget baca, kalau dibandingin sama bu Wid.

Waktu aku ke tempat majalah (bu Wid udah pergi dari situ), ada Asian Crush edisi Super Junior...hiks hiks pengen beli...tapi nggak ada budget lagi. Argh! sial.... Tapi nggak begitu pengen sih. Jadilah aku menghabiskan waktu di sana dengan baca-baca sampul belakang buku. Sampai akhirnya bosan dan pulang.

Di tempat parkir, aku nyadar kalau kunci kontakku nggak ada di tas, di saku, atau dimanapun!!! Aduh, dalam hati aku panik, tapi nggak mau keliatan panik. Sambil terus mencari-cari, aku mikir kalau kunci itu pastilah tadi lupa aku cabut, dan mungkin udah diamankan sama petugas parkir.

Petugas parkir udah memperlihatkan gelagat aneh gitu di dekat motorku, tapi kayaknya dia pura-pura nggak tau dan pengennya aku yang nyamperin dia (memang gitu sih mestinya). Akhirnya aku nyamperin dia, dan bertanya perihal kunci, dia lalu manggil pak satpam, yang lebih ramah dari si tukang parkir ini. Pak satpam memanggil seseorang lewat HT, dan bilang supaya aku sabar.

"Lupa kontak kaya begini itu rawan banget lo mba." kata si bapak memperingatkan. Tapi nggak terdengar menyalahkan.

Nah begitu orang yang nyimpen kunciku itu dateng (setelah nunggu cukup lama), aku langsung lega sekaligus takut dimarahin (soalnya pernah kejadian juga di kampus). Bapak yang baru datang itu malah tanya "Apa mbak?"

"Kuncinya pak.." kataku innocent.

"Boleh liat stnknya?" aku pun langsung menunjukkan STNK, lalu setelah yakin itu benar-benar punyaku, kuncinya dikasihin deh.

"Makasih pak..." kataku sambil senyum senang.

"Iya...hati-hati ya..." bapak ini baik juga, padahal mukanya tadi nyebelin lo, seolah-olah bilang, "Dasar kamu ceroboh, bahaya tau, ngerepotin orang aja" Tapi ternyata itu hanyalah persepsi.

"Iya, maaf ya pak..." aku merasa bersalah dan ceroboh banget nih... pikun abis jadi orang.

Untung aja yang nemuin petugas. Kalau orang yang nggak bertanggung jawab kan gawat.

0 komentar:

Posting Komentar