Banyak anak banyak rezeki.
Ungkapan ini mungkin yang dijadiin landasan sebagian besar orang tua kurang mampu untuk tidak membatasi jumlah anaknya. Mungkin juga ungkapan ini yang menjadi alasan mereka untuk menerjunkan anak-anak mereka ke jalanan, mengais rezeki, mencari makan, yang sebenarnya bukan tannggung jawab anak seusia mereka.
Data Departemen Sosial menunjukkan hampir empat juta anak Indonesia telantar, 160 ribu di antaranya hidup di jalan. Homeless and maybe parentless.
Anak-anak jalanan ini adalah masalah yang dilematis-mengutip kalimat dosen Kewarganegaraan. Mereka susah untuk diatasi, karena memang senang di jalan, di dalam pikiran mereka udah ada mind set bahwa di jalan itu bebas. Di panti sosial hidup justru terkekang, dan makanan pun terkadang nggak manusiawi (dari berbagai sumber di media). Anak-anak jalanan justru takut berada di rumah singgah dan memilih kabur.
Lalu, jarang juga orang yang peduli pada anak-anak ini, orang tua mereka pun nggak ada tanggung jawabnya. Mungkin karena alasan ekonomi, lalu kenapa mutusin untuk punya anak?
Faktor lain adalah, anak jalanan ini ada yang menguasai, yang lazimnya preman-preman bertubuh besar dan seram. Orang-orang yang mengeksploitasi anak untuk kepentingan diri sendiri, yang nggak segan untuk memukul atau menendang anak-anak itu jika setorannya nggak sesuai. Bayangin aja sosok preman di film Slumdog Millionaire. Bukannya itu termasuk tindak kriminal?
Bahaya yang mengintai anak jalanan besar banget. Mulai dari intimidasi dan kekerasan dari orang dewasa yang menjadi bos mereka, bahaya penggunaan narkoba dan minuman keras, sampai resiko mengalami pelecehan seksual.
Menurut opini dosen Kewarganegaraan lagi nih, polisi sebenarnya tau tentang premanisme terhadap anak jalanan ini. Tapi mereka pura-pura nggak tau dan nggak peduli, karena kasus anak jalanan kan kasus yang nggak ada uang. Istilahnya bukan tempat basah deh, jadi ngapain diurusin.
Arist Merdeka Sirait, itu lo sekjen Komnas Perlindungan Anak yang sering muncul di tv, bilang kalau sampai sekarang pemerintah masih melihat anak jalanan sebagai sesuatu yang merusak keindahan kota sehingga harus disingkirkan dari pandangan. Bukan dipandang sebagai korban kemiskinan yang harus dibantu dan dientaskan.
Wah sayangnya I have no idea buat mengatasi masalah anak jalanan nan dilematis ini. Boro-boro mikirin masalah negara, masalah sendiri aja males-malesan dipikir, haha. Nyatanya, mau ngasih mereka uang, ntar juga disetorin ke preman, atau malah bisa dipake buat beli rokok. Ngelaporin ke dinas sosial, belum tentu nyelesein masalah juga.
Mungkin satu-satunya yang bisa kita lakuin adalah berdoa, supaya Allah menyayangi mereka lebih lagi dan memberikan yang terbaik untuk mereka (waw sok religi banget sih ini). Okay......Pastinya kita harus sadar bahwa posisi kita amatlah lebih beruntung dari mereka. Dan karena kita berkesempatan memiliki masa depan cerah, manfaatin sebaik-baiknya, jadilah sesuatu yang berguna untuk masyarakat, karena banyak yang menunggu kita ... menunggu kita untuk berbuat sesuatu, menyelamatkan mereka.
Eh, eh beneran lo...siapa tau kita besok ada di jabatan tinggi, jangan lupa-lupa ya sama orang-orang yang belum beruntung itu....
sumber gambar %$^^#, $%#&
Ungkapan ini mungkin yang dijadiin landasan sebagian besar orang tua kurang mampu untuk tidak membatasi jumlah anaknya. Mungkin juga ungkapan ini yang menjadi alasan mereka untuk menerjunkan anak-anak mereka ke jalanan, mengais rezeki, mencari makan, yang sebenarnya bukan tannggung jawab anak seusia mereka.
Data Departemen Sosial menunjukkan hampir empat juta anak Indonesia telantar, 160 ribu di antaranya hidup di jalan. Homeless and maybe parentless.
Anak-anak jalanan ini adalah masalah yang dilematis-mengutip kalimat dosen Kewarganegaraan. Mereka susah untuk diatasi, karena memang senang di jalan, di dalam pikiran mereka udah ada mind set bahwa di jalan itu bebas. Di panti sosial hidup justru terkekang, dan makanan pun terkadang nggak manusiawi (dari berbagai sumber di media). Anak-anak jalanan justru takut berada di rumah singgah dan memilih kabur.
Lalu, jarang juga orang yang peduli pada anak-anak ini, orang tua mereka pun nggak ada tanggung jawabnya. Mungkin karena alasan ekonomi, lalu kenapa mutusin untuk punya anak?
Faktor lain adalah, anak jalanan ini ada yang menguasai, yang lazimnya preman-preman bertubuh besar dan seram. Orang-orang yang mengeksploitasi anak untuk kepentingan diri sendiri, yang nggak segan untuk memukul atau menendang anak-anak itu jika setorannya nggak sesuai. Bayangin aja sosok preman di film Slumdog Millionaire. Bukannya itu termasuk tindak kriminal?
Bahaya yang mengintai anak jalanan besar banget. Mulai dari intimidasi dan kekerasan dari orang dewasa yang menjadi bos mereka, bahaya penggunaan narkoba dan minuman keras, sampai resiko mengalami pelecehan seksual.
Menurut opini dosen Kewarganegaraan lagi nih, polisi sebenarnya tau tentang premanisme terhadap anak jalanan ini. Tapi mereka pura-pura nggak tau dan nggak peduli, karena kasus anak jalanan kan kasus yang nggak ada uang. Istilahnya bukan tempat basah deh, jadi ngapain diurusin.
Arist Merdeka Sirait, itu lo sekjen Komnas Perlindungan Anak yang sering muncul di tv, bilang kalau sampai sekarang pemerintah masih melihat anak jalanan sebagai sesuatu yang merusak keindahan kota sehingga harus disingkirkan dari pandangan. Bukan dipandang sebagai korban kemiskinan yang harus dibantu dan dientaskan.
Wah sayangnya I have no idea buat mengatasi masalah anak jalanan nan dilematis ini. Boro-boro mikirin masalah negara, masalah sendiri aja males-malesan dipikir, haha. Nyatanya, mau ngasih mereka uang, ntar juga disetorin ke preman, atau malah bisa dipake buat beli rokok. Ngelaporin ke dinas sosial, belum tentu nyelesein masalah juga.
Mungkin satu-satunya yang bisa kita lakuin adalah berdoa, supaya Allah menyayangi mereka lebih lagi dan memberikan yang terbaik untuk mereka (waw sok religi banget sih ini). Okay......Pastinya kita harus sadar bahwa posisi kita amatlah lebih beruntung dari mereka. Dan karena kita berkesempatan memiliki masa depan cerah, manfaatin sebaik-baiknya, jadilah sesuatu yang berguna untuk masyarakat, karena banyak yang menunggu kita ... menunggu kita untuk berbuat sesuatu, menyelamatkan mereka.
Eh, eh beneran lo...siapa tau kita besok ada di jabatan tinggi, jangan lupa-lupa ya sama orang-orang yang belum beruntung itu....
sumber gambar %$^^#, $%#&
0 komentar:
Posting Komentar